Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Kamu

Kamu adalah bara. Nyala apimu begitu besar, Hatiku sampai terbakar. Kamu adalah samudera. Tak peduli seberapa luas, Akan menjadi tempatku menjelajah. Kamu adalah rintik hujan. Mencoba masuk dari jendela kamarku, Titik airmu sentuh pipiku. Kamu adalah angin nakal. Membuat rambutku berantakan, Tapi selalu aku rindukan. Kamu adalah malam. Gelapmu membuat bintang bersinar, Membunuh lelahku seharian. Kamu adalah puisi. Yang selalu aku tulis, Namun tidak pernah kamu baca. Kamu adalah buku. Selalu aku baca berulang, Namun tak pernah bersuara. Kamu adalah lelaki. Yang tak pernah ku miliki, Namun sanggup mematahkan hati. Iya.

Luka

Kamu pernah bilang bahwa waktu akan sembuhkan luka. Namun bagaimana lukaku bisa sembuh jika kamu selalu membuat luka yang baru. Lagi dan lagi. Kamu juga bilang bahwa waktu bisa menyembuhkan segalanya. Tapi sakit itu selalu menemukan jalan untuk bertahan. Mengingatmu adalah sebuah kebodohan. Sama seperti mengorek luka yang hampir mengering. Gatal. Ingin rasanya ku korek luka itu sekali lagi. Luka yang hampir sembuh itupun menganga kembali. Kamu pernah sembuhkan luka ini. Sekali. Baru sembuh luka itu, dengan indahnya kamu mengukir luka baru. Lebih besar. Lebih dalam. Lebih sakit. Dari yang sudah-sudah. Bahkan saat kamu pergi, luka itu masih ada. Tidak ada satupun yang bisa menyembuhkan luka itu. Luka itu abadi, karena melupakanmu adalah sebuah ketidakmungkinan yang sangat aku harapkan. Kamu bukan segalanya untukku. Tapi, aku tak bisa melakukan segalanya sendiri tanpamu. Percayalah, luka ini yang membuatku bertahan dengan semua ketidakpastian dunia. Luka ini ...